dulu aku selalu bilang...
aku akan selalu ada untukmu..
dulu sering aku katakan..
bahwa lenganku akan selalu dibahumu..
dan kerap terucap.. tak ada yang bisa memisahkan
kamu dan aku...
meski sulit.. yang kau minta pasti aku berikan..
meski lelah, yang kau mau pasti aku turuti..
semua demi kamu.. karena aku sayang padamu..
Senyummu kadang muncul seperti pelangi..
tawa riang pun riuh seperti nyanyian ombak..
tapi kadang bibirmu membentuk lengkungan patah
karena ada luka yang tidak terucap..
matamu seperti kejora..
bekerjab indah mengalahkan bintang yang paling terang..
tapi di suatu waktu.. kadang mengalir bola-bola kristal mungil
di sudut matamu...
meski tanganku kuat menggenggam jemarimu
namun, keringat, air mata dan darahmu pernah mengalir..
menembus batas-batas yg hanya menjadi rahasia Tuhan..
ketika begitu banyak pengorbanan yang diberikan..
ketika begitu banyak luka yang ditorehkan..
dan ketika banyak janji yang dianggap ingkar..
kita kemudian bersumpah.. disaksikan angin yang menyapu
lembut.. disaksikan tempias gerimis yang menetes di pipimiu..
bahwa 'hanya kematian yang bisa memisahkan kamu dan aku..
sumpah yang kemudian menjadi karma terbesarku..
karena kemudian kematian itu menjemputmu..
tak ada yg bisa aku lakukan di detik-detik kepergianmu..
hanya diam.. dan membisu untuk kemudian menjadi saksi bahwa
semua kesombongan tidak bisa apa-apa dihadapan sang kematian...
malamku kini beku.. cahayapun tak lagi benderang untuk..
keramaiann menjadi senyap dan keceriaan menjadi kemuraman yang sendu..
hnya doa yg tak putus terangkai.. semoga kamu damai di alammu..
semoga tangan-tangan malaikat selalu menjagamu..
dan aku menunggu sang kematian datang.. ketika waktuku tiba..
karena keabadianku adalah bersamamu di alam yng kekal...
Sabtu, 09 Juni 2012
Rabu, 30 Mei 2012
Nyanyian Sukma
Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya,
dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahdu
Yang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah Yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Siapa berani memecah sunyi
Dan lantang menuturkan bisikan sanubari
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya,
dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahdu
Yang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah Yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Dan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?♥♥.•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*¤* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•.♥♥ ✿ܓ ♥ Jangan Biarkan Aku Mati Tanpa CintaMu ♥ ✿ܓ ♥♥•.¸¸.•*♥`(¸.•'´
بِسْــــــ...ــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم
oleh ~*Sebutir Mutiara,Seindah Wanita Sholehah I*~
Ada gambar di dinding kalbuku
Sebuah nama yang terukir kuat di dinding kepastianku
Tiada yang lain selain hanya gambar diriMu
Ada tentram dibalik dinding hatiku
Saat namaMu kusebut berulang-ulang
dalam gelapnya malam dan gulitanya siang
Ya Rabbi, jangan biarkan cintaku berpaling dari cintaMu,
tenggelamkanlah nyawaku dalam lautan rinduMu
hanya karena Engkaulah bahagiaku
meliputi segala darah yang mengalir di tubuhku
Sejuta peri Kau turunkan untukku, sudah
dengan seribu macam paket karunia dan berkahMu,
Namun bukan itu harapku, ya Rabbi.
Aku hanya butuh sambutan hangat dalam rumahMu
karena senyumMu adalah segalanya bagiku.
Aku selalu merindukan semua karuniaMu
Aku mencintaiMu melebihi cintaku pada diri dan hidupku
matiku karena cintaMu adalah kebahagiaan untukku
Ya Rabbi, jangan biarkan aku mati tanpa cintaMu!
❤✫•°*”☀”*°•✫❤✫•°*”☀”*°•✫❤✫•°*”☀”*°•✫❤✫•°*”☀”*°•✫❤
♫•*¨*•.¸ﷲ¸.•*¨*•♫♥:♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸::♥::♥.¸¸.¤*¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•♫
(´'`v´'`)
`•.¸.•´ ღ☆ღ Semoga catatan ini bermanfa'at ღ☆ღ
.¸.•´¸.•*¨)
(¸.•´ (¸.•´ ♥♥ Aamiin ya Robbal 'alamiin ♥♫♥♫Salam Ukhuwah Fillah ♥♥
♫•*¨*•.¸ﷲ¸.•*¨*•♫♥:♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸::♥::♥.¸¸.¤*¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•♫
♫•*¨*•.¸ﷲ¸.•*¨*•♫♥:♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸::♥::♥.¸¸.¤*¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•♫
Sebutir Mutiara Seindah Wanita Sholeha
oleh ~*Sebutir Mutiara,Seindah Wanita Sholehah I*~
Ada gambar di dinding kalbuku
Sebuah nama yang terukir kuat di dinding kepastianku
Tiada yang lain selain hanya gambar diriMu
Ada tentram dibalik dinding hatiku
Saat namaMu kusebut berulang-ulang
dalam gelapnya malam dan gulitanya siang
Ya Rabbi, jangan biarkan cintaku berpaling dari cintaMu,
tenggelamkanlah nyawaku dalam lautan rinduMu
hanya karena Engkaulah bahagiaku
meliputi segala darah yang mengalir di tubuhku
Sejuta peri Kau turunkan untukku, sudah
dengan seribu macam paket karunia dan berkahMu,
Namun bukan itu harapku, ya Rabbi.
Aku hanya butuh sambutan hangat dalam rumahMu
karena senyumMu adalah segalanya bagiku.
Aku selalu merindukan semua karuniaMu
Aku mencintaiMu melebihi cintaku pada diri dan hidupku
matiku karena cintaMu adalah kebahagiaan untukku
Ya Rabbi, jangan biarkan aku mati tanpa cintaMu!
❤✫•°*”☀”*°•✫❤✫•°*”☀”*°•✫❤✫•°*”☀”*°•✫❤✫•°*”☀”*°•✫❤
♫•*¨*•.¸ﷲ¸.•*¨*•♫♥:♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸::♥::♥.¸¸.¤*¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•♫
(´'`v´'`)
`•.¸.•´ ღ☆ღ Semoga catatan ini bermanfa'at ღ☆ღ
.¸.•´¸.•*¨)
(¸.•´ (¸.•´ ♥♥ Aamiin ya Robbal 'alamiin ♥♫♥♫Salam Ukhuwah Fillah ♥♥
♫•*¨*•.¸ﷲ¸.•*¨*•♫♥:♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸::♥::♥.¸¸.¤*¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•♫
♫•*¨*•.¸ﷲ¸.•*¨*•♫♥:♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸::♥::♥.¸¸.¤*¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•♫
Sebutir Mutiara Seindah Wanita Sholeha
Senin, 14 Mei 2012
Pelangi Di Ujung Kelambu
Ku rasakan detak jantungku berdetak tak menentu. Terkadang seirama dengan detakan jam, terkadang pula sekencang bunyi gendrang yang di pukul secara membahana. Bahkan dada ini terasa sakit bila jantungku berdetak seperti itu. Di tambah, deru nafasku yang sesak dan mulai bernyanyi dengan nyaring. Hal ini biasa terjadi padaku dalam waktu yang tiba – tiba, bahkan tak terduga.
Tubuhku pun mulai terasa lemas ketika aku harus berlari mengitari lapangan sekolah karena mata pelajaranku kali ini adalah Penjaskes. Tubuhku pun betambah lemas lagi ketika otakku terasa berdetak nyeri di dalam kepala ini karena sakit ku kambuh secara tak terduga, dan terik matahari yang mulai menyengat kulit di siang hari.
Seorang kakak kelas berbaju putih abu – abu yang ku suka pun tampak mendekat, mencoba menangkap tubuh yang lemas ini. Nafasnya yang hangat menerpa wajahku. Aroma tubuhnya yang maskulin menjadi obat penidur untukku, di dalam dekapannya kini.
Beberapa saat berlalu, mimpi gelapku terusik oleh langkah – langkah kaki yang gaduh di sekitarku. Perlahan mulai kubuka kedua mata yang terasa berat ini. Dan hal pertama yang ku lihat , meski dalam keadaan pusing dan kabur adalah langit – langit gedung yang bergerak cepat di atasku, seirama dengan tubuhku yang dibawa di atas ranjang Rumah Sakit oleh orang – orang yang ku kenali sebagai sahaba – sahabatku, dan beberapa orang perawat cantik yang membawa infus sembari berlari, mencoba menyamai kecepatan langkahnya denganku di atas ranjang berjalan ini.
Tubuhku pun di bawa ke dalam sebuah ruangan oleh para perawat itu, sementara sahabat – sahabatku di tahan di luar ruangan oleh 2 perawat lainnya yang menunggu di luar ruangan.
Di dalam ruangan, hidung dan mulutku di tutupi oleh sebuah alat bantu pernafasan yang lumayan membantuku. Infus kembali di pasang di tanganku, dan membuatku jadi panik dan gelisah sendiri.
Seorang pria setengah baya masuk ke dalam ruangan dengan mengenakan jas putih dan beberapa perlengkapan dokternya yang di jadikan satu di dalam sebuah tas hitam yang ia bawa.
Aku langsung memejamkan mata ketika Sang Dokter mengangguk, memberikan instruksi kepada dua perawat wanita yang kini berada di kanan – kiriku.
Selama memejamkan mata, sempat terbayang wajah – wajah orang yang ku sayang. Wajah tante yang menjadi wakilku, wajah sahabat – sahabatku, dan tentu saja, wajah orang yang aku cintai, Kak Dika.
Namun, ketika seseorang memasukkan ujung tajam dari jarum suntik ke kulitku, wajah – wajah itu segenap berubah menjadi keharuan hingga ku sadari beberapa tetes air mataku jatuh dan membasahi pipiku.
Wajah – wajah itu berubah sedih dan penuh keharuan. Bahkan, sempat terlintas kenangan – kenangan pahitku. Terutama, kenangan pahitku tentang kak Dika yang sampai saat ini tak mengetahui bahwa aku sangat menyayanginya. Tapi, sayang, ku tahu ia telah dimiliki wanita cantik yang kutahu adalah kekasihnya.
Jarum suntik pun di keluarkan, dan mata serta detak jantung yang menyakitkan dalam setiap detakanannya ini pun perlahan menjadi pusat pemeriksaan oleh Sang Dokter dan beberapa perawatnya.
Sebuah alat pendeteksi jantung yang berada di sebelahku pun berbunyi aneh, tak seperti bunyi pada jantung orang yang normal.
Sempat ku lihat sang Dokter menggelengkan kepala kepada tatapan sedih para perawat, yang masih berdiri di sisiku itu. Aku pun kembali menutup mata dan mencoba untuk melihat wajah malaikat yang akan menyabut nyawaku, karena penyakit leukimia yang ku alami ini sudah benar – benar tak bisa di sembuhkan lagi. Padahal, seudah banyak usaha yang ku lakukan bersama tante dan sahabat – sahabatku untuk mencari obat penyembuh dari penyakit ini. Tapi ternyata, Tuahn lebih memilih untuk menjemputku di waktu yang tepat ini. Dimana, masih ada orang – orang yang ku sayangi, dan yang menyayangiku. Dan, masih ada dunia yang harus ku jelajahi ini.
Dan, suara pintu yang terbuka dengan keras di ruangan itu pun mengagetkanku hingga membuat mataku yang semula terpejam, malah terbuka hingga sesaat ku lupakan pikiran – pikiran ku tadi.
Seorang wanita cantik bagai malaikat masuk dan langsung berlari memelukku sangat erat. Hingga tak mungkin bisa terlepaskan. Wanita itu menangis di dalam dekapan sayangnya padaku. Ya, ialah tanteku. Orang yang paling ku sayang di dunia ini, karena aku hanya sebatang kara tanpa dirinya.
Bisa ku rasakan suasana haru yang pecah di ruangan ini. Satu persatu sahabat ku masuk dengan mata yang basah dan lebam oleh air mata yang mereka keluarkan.
Semua langsung mendekatiku dan memelukku secara bergantian dengan sangat erat, layaknya aku akan segera pergi meninggalkan mereka. Yang memang benar adanya.
Ku rasakan jantungku mulai melemah, seirama dengan nada yang dikeluarkan oleh alat pendeteksi jantung yang berada di sampingku. Tapi, seseorang datang terlambat dan menghampiriku, hingga membuat jantungku berdetak normal karena keberadaannya. Senyum manisnya melemaskan otot – ototku yang sebenarnya akan tak berfungsi lagi.
Semua yang melihat keadaanku langsung mengerti dan meninggalkan ku berdua saja dengannya, di dalam ruangan yang berbau obat, dan ruangan yang di penuhi dengan nada – nada yang di keluarkan oleh alat pendeteksi jantung, dan tentu saja deru nafasku yang bergetar olehnya.
“Hey. . .!” itulah kata pertama yang keluar dari bibir manisnya, yang langsung memecah kesunyian di antara kami. Wajahnya yang rupawan dengan lesung pipit dan model rambut yang maskulin itu tampak seperti wajah malaikat bagiku, bagi hatiku.
“Hmmm. . .” kakinya bergerak salah tingkah, tapi itu tak mengurangi semua keindahan yang ada pada dirinya.
“Sebenarnya, ada banyak hal yang ingin ku bicarakan padamu.” Tubuh ku yang semula lemas, kini terasa terlonjak ketika tangan lembut dan kekarnya menggenggam tanganku dengan penuh kasih. “Sebenarnya, aku dan Viola hanya sekedar teman. Dan, tak ada hubungan apa pun yang melebihi itu.” Ia diam sesaat, seraya menatap lekat mataku.
“Sebenarnya, memang benar kalau dia pernah menembakku. Itu pun 2 minggu yang lalu.”
Air mataku langsung menetes deras, Jntungku berdetak kencang dengan membahana, ketika ia berkata seperti itu. Tapi, aku tetap menunggu perkataannya yang selanjutnya.
“Tapi aku menolaknya dan memberikan hatiku pada seseorang. . . “ perkataannya terhenti ketika dari dalam tas, ia mengeluarkan sebuah album foto mini, dan ia tunjukan beberapa foto yang membuatku terkejut bagai tersengat listrik. “Seseorang yang mengumpulkan foto – foto ini untukku.” Mulutku tergagap ketika ia berkata seperti itu. Dalam hati aku bertanya – tanya, dari mana ia mendapatkan kumpulan foto – fotonya yang selama ini ku dapatkan dan ku kumpulkan?
“Aku mendapatkannya dari sahabat – sahabatmu.” Katanya pelan, seperti membaca pikiranku. “Mereka memberikanku semuanya. Bahkan bukan ini saja yang ku tahu. Semua surat dan cokelat yang tak berketerangan pengirimnya pun aku tahu dari siapa. Kamu, Susan. Tapi, kenapa kamu gak beritahu aku saja yang sebenarnya? Apa kau tak tahu kalau aku. . . . “ aku benci dengan jeda yang ia selipkan di antara kata – katanya. “Aku juga sayang sama kamu. Aku sebenarnya ingin menembakmu sudah lama. Tapi aku tak pernah menemukan waktu yang tepat.”
Senyumnya membuat bibirku juga melengkung senang dan puas dengan hasil kerja keras ku yang selama ini tak sia – sia. Terlebih, ketika ia memeluk tubuh lemahku ini, beberapa memori dalam benakku yang mengingatkan ku tentang usaha bersama sahabat – sahabatku untuk mencari perhatian Kak Diki padaku. “Jadi, dengan ini, aku harap kamu bisa berjuang dalam melawan penyakitmu ini. Karena aku akan ada terus di sampingmu sebagai. . . . Sebagai seorang kekasih.”
Air mataku kembali menetes, bahkan lebih deras lagi. Ini semua bagai pelangi di awal kelabu. Dimana, Cinta Kak Dika datang padaku, tepat ketika ajal mulai menjemputku.
Tapi, secara tiba – tiba, di suasana yang haru itu, jantungku pun terasa berdetak menyakitkan di dalam dada ini, dalam frekuensi detakannya yang pelan. Sempat ku lihat cahaya keperakan di balik tubuh Kak Dika, serta sekelebat bayangan berwarna hitam pekat di sekitarku
Dan, kata terakhirku yang menuntaskan semuanya pun dapat keluar dari mulut yang semula bisu ini. “Kak. . . Aku sayang kakak. Aku nggak ingin pergi meninggalkan kakak. Aku butuh kakak di sampingku. . . . Tapi, Susan mohon maaf. . . Karena ia telah menjemputku. Lihatlah cahaya keperakan itu, kak. Itulah pintu yang akan ku lalui. Selamat tinggal, Kak. Salam untuk tante dan sahabat – sahabatku.” “Susan! Kamu harus kuat! Kamu harus bertahan! Aku nggak ingin kamu pergi! Susan! Tolong, bukalah matamu!!” suara Kak Dika yang histeris menjadi obat penidur ku untuk selamanya.
Tubuhku pun mulai terasa lemas ketika aku harus berlari mengitari lapangan sekolah karena mata pelajaranku kali ini adalah Penjaskes. Tubuhku pun betambah lemas lagi ketika otakku terasa berdetak nyeri di dalam kepala ini karena sakit ku kambuh secara tak terduga, dan terik matahari yang mulai menyengat kulit di siang hari.
Seorang kakak kelas berbaju putih abu – abu yang ku suka pun tampak mendekat, mencoba menangkap tubuh yang lemas ini. Nafasnya yang hangat menerpa wajahku. Aroma tubuhnya yang maskulin menjadi obat penidur untukku, di dalam dekapannya kini.
Beberapa saat berlalu, mimpi gelapku terusik oleh langkah – langkah kaki yang gaduh di sekitarku. Perlahan mulai kubuka kedua mata yang terasa berat ini. Dan hal pertama yang ku lihat , meski dalam keadaan pusing dan kabur adalah langit – langit gedung yang bergerak cepat di atasku, seirama dengan tubuhku yang dibawa di atas ranjang Rumah Sakit oleh orang – orang yang ku kenali sebagai sahaba – sahabatku, dan beberapa orang perawat cantik yang membawa infus sembari berlari, mencoba menyamai kecepatan langkahnya denganku di atas ranjang berjalan ini.
Tubuhku pun di bawa ke dalam sebuah ruangan oleh para perawat itu, sementara sahabat – sahabatku di tahan di luar ruangan oleh 2 perawat lainnya yang menunggu di luar ruangan.
Di dalam ruangan, hidung dan mulutku di tutupi oleh sebuah alat bantu pernafasan yang lumayan membantuku. Infus kembali di pasang di tanganku, dan membuatku jadi panik dan gelisah sendiri.
Seorang pria setengah baya masuk ke dalam ruangan dengan mengenakan jas putih dan beberapa perlengkapan dokternya yang di jadikan satu di dalam sebuah tas hitam yang ia bawa.
Aku langsung memejamkan mata ketika Sang Dokter mengangguk, memberikan instruksi kepada dua perawat wanita yang kini berada di kanan – kiriku.
Selama memejamkan mata, sempat terbayang wajah – wajah orang yang ku sayang. Wajah tante yang menjadi wakilku, wajah sahabat – sahabatku, dan tentu saja, wajah orang yang aku cintai, Kak Dika.
Namun, ketika seseorang memasukkan ujung tajam dari jarum suntik ke kulitku, wajah – wajah itu segenap berubah menjadi keharuan hingga ku sadari beberapa tetes air mataku jatuh dan membasahi pipiku.
Wajah – wajah itu berubah sedih dan penuh keharuan. Bahkan, sempat terlintas kenangan – kenangan pahitku. Terutama, kenangan pahitku tentang kak Dika yang sampai saat ini tak mengetahui bahwa aku sangat menyayanginya. Tapi, sayang, ku tahu ia telah dimiliki wanita cantik yang kutahu adalah kekasihnya.
Jarum suntik pun di keluarkan, dan mata serta detak jantung yang menyakitkan dalam setiap detakanannya ini pun perlahan menjadi pusat pemeriksaan oleh Sang Dokter dan beberapa perawatnya.
Sebuah alat pendeteksi jantung yang berada di sebelahku pun berbunyi aneh, tak seperti bunyi pada jantung orang yang normal.
Sempat ku lihat sang Dokter menggelengkan kepala kepada tatapan sedih para perawat, yang masih berdiri di sisiku itu. Aku pun kembali menutup mata dan mencoba untuk melihat wajah malaikat yang akan menyabut nyawaku, karena penyakit leukimia yang ku alami ini sudah benar – benar tak bisa di sembuhkan lagi. Padahal, seudah banyak usaha yang ku lakukan bersama tante dan sahabat – sahabatku untuk mencari obat penyembuh dari penyakit ini. Tapi ternyata, Tuahn lebih memilih untuk menjemputku di waktu yang tepat ini. Dimana, masih ada orang – orang yang ku sayangi, dan yang menyayangiku. Dan, masih ada dunia yang harus ku jelajahi ini.
Dan, suara pintu yang terbuka dengan keras di ruangan itu pun mengagetkanku hingga membuat mataku yang semula terpejam, malah terbuka hingga sesaat ku lupakan pikiran – pikiran ku tadi.
Seorang wanita cantik bagai malaikat masuk dan langsung berlari memelukku sangat erat. Hingga tak mungkin bisa terlepaskan. Wanita itu menangis di dalam dekapan sayangnya padaku. Ya, ialah tanteku. Orang yang paling ku sayang di dunia ini, karena aku hanya sebatang kara tanpa dirinya.
Bisa ku rasakan suasana haru yang pecah di ruangan ini. Satu persatu sahabat ku masuk dengan mata yang basah dan lebam oleh air mata yang mereka keluarkan.
Semua langsung mendekatiku dan memelukku secara bergantian dengan sangat erat, layaknya aku akan segera pergi meninggalkan mereka. Yang memang benar adanya.
Ku rasakan jantungku mulai melemah, seirama dengan nada yang dikeluarkan oleh alat pendeteksi jantung yang berada di sampingku. Tapi, seseorang datang terlambat dan menghampiriku, hingga membuat jantungku berdetak normal karena keberadaannya. Senyum manisnya melemaskan otot – ototku yang sebenarnya akan tak berfungsi lagi.
Semua yang melihat keadaanku langsung mengerti dan meninggalkan ku berdua saja dengannya, di dalam ruangan yang berbau obat, dan ruangan yang di penuhi dengan nada – nada yang di keluarkan oleh alat pendeteksi jantung, dan tentu saja deru nafasku yang bergetar olehnya.
“Hey. . .!” itulah kata pertama yang keluar dari bibir manisnya, yang langsung memecah kesunyian di antara kami. Wajahnya yang rupawan dengan lesung pipit dan model rambut yang maskulin itu tampak seperti wajah malaikat bagiku, bagi hatiku.
“Hmmm. . .” kakinya bergerak salah tingkah, tapi itu tak mengurangi semua keindahan yang ada pada dirinya.
“Sebenarnya, ada banyak hal yang ingin ku bicarakan padamu.” Tubuh ku yang semula lemas, kini terasa terlonjak ketika tangan lembut dan kekarnya menggenggam tanganku dengan penuh kasih. “Sebenarnya, aku dan Viola hanya sekedar teman. Dan, tak ada hubungan apa pun yang melebihi itu.” Ia diam sesaat, seraya menatap lekat mataku.
“Sebenarnya, memang benar kalau dia pernah menembakku. Itu pun 2 minggu yang lalu.”
Air mataku langsung menetes deras, Jntungku berdetak kencang dengan membahana, ketika ia berkata seperti itu. Tapi, aku tetap menunggu perkataannya yang selanjutnya.
“Tapi aku menolaknya dan memberikan hatiku pada seseorang. . . “ perkataannya terhenti ketika dari dalam tas, ia mengeluarkan sebuah album foto mini, dan ia tunjukan beberapa foto yang membuatku terkejut bagai tersengat listrik. “Seseorang yang mengumpulkan foto – foto ini untukku.” Mulutku tergagap ketika ia berkata seperti itu. Dalam hati aku bertanya – tanya, dari mana ia mendapatkan kumpulan foto – fotonya yang selama ini ku dapatkan dan ku kumpulkan?
“Aku mendapatkannya dari sahabat – sahabatmu.” Katanya pelan, seperti membaca pikiranku. “Mereka memberikanku semuanya. Bahkan bukan ini saja yang ku tahu. Semua surat dan cokelat yang tak berketerangan pengirimnya pun aku tahu dari siapa. Kamu, Susan. Tapi, kenapa kamu gak beritahu aku saja yang sebenarnya? Apa kau tak tahu kalau aku. . . . “ aku benci dengan jeda yang ia selipkan di antara kata – katanya. “Aku juga sayang sama kamu. Aku sebenarnya ingin menembakmu sudah lama. Tapi aku tak pernah menemukan waktu yang tepat.”
Senyumnya membuat bibirku juga melengkung senang dan puas dengan hasil kerja keras ku yang selama ini tak sia – sia. Terlebih, ketika ia memeluk tubuh lemahku ini, beberapa memori dalam benakku yang mengingatkan ku tentang usaha bersama sahabat – sahabatku untuk mencari perhatian Kak Diki padaku. “Jadi, dengan ini, aku harap kamu bisa berjuang dalam melawan penyakitmu ini. Karena aku akan ada terus di sampingmu sebagai. . . . Sebagai seorang kekasih.”
Air mataku kembali menetes, bahkan lebih deras lagi. Ini semua bagai pelangi di awal kelabu. Dimana, Cinta Kak Dika datang padaku, tepat ketika ajal mulai menjemputku.
Tapi, secara tiba – tiba, di suasana yang haru itu, jantungku pun terasa berdetak menyakitkan di dalam dada ini, dalam frekuensi detakannya yang pelan. Sempat ku lihat cahaya keperakan di balik tubuh Kak Dika, serta sekelebat bayangan berwarna hitam pekat di sekitarku
Dan, kata terakhirku yang menuntaskan semuanya pun dapat keluar dari mulut yang semula bisu ini. “Kak. . . Aku sayang kakak. Aku nggak ingin pergi meninggalkan kakak. Aku butuh kakak di sampingku. . . . Tapi, Susan mohon maaf. . . Karena ia telah menjemputku. Lihatlah cahaya keperakan itu, kak. Itulah pintu yang akan ku lalui. Selamat tinggal, Kak. Salam untuk tante dan sahabat – sahabatku.” “Susan! Kamu harus kuat! Kamu harus bertahan! Aku nggak ingin kamu pergi! Susan! Tolong, bukalah matamu!!” suara Kak Dika yang histeris menjadi obat penidur ku untuk selamanya.
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi.
Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi.
Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Inginku. . .
Aku ingin…
Semua yang hadir dalam jiwaku adalah hakmu. Yang akan menjadi pemacu dalam kisah hidup yang kita jalani nanti.
Aku ingin… Hadirku menjadi kekayaanmu yang sempurna. Karena didalamnya ada perhiasan hati untukmu dalam suka dan duka.
Aku ingin… Engkau juga paham akan semburan lava cintaku. Yang akan menyelimuti seluruh jiwamu penuh kehangatan.
Aku ingin… Kau rasakan kebahagiaan saat tepat ujung jarum asmaraku menusuk jantung harimu. Harusnya kau mengerti…
Semua yang hadir dalam jiwaku adalah hakmu. Yang akan menjadi pemacu dalam kisah hidup yang kita jalani nanti.
Aku ingin… Hadirku menjadi kekayaanmu yang sempurna. Karena didalamnya ada perhiasan hati untukmu dalam suka dan duka.
Aku ingin… Engkau juga paham akan semburan lava cintaku. Yang akan menyelimuti seluruh jiwamu penuh kehangatan.
Aku ingin… Kau rasakan kebahagiaan saat tepat ujung jarum asmaraku menusuk jantung harimu. Harusnya kau mengerti…
TARIAN AKSARA BENING
Hujan menjelang sore, mengingatkanku pada sebuah dangau bersirap jerami di pematang Bapak. Si aku kecil meringkuk kedinginan di atas tikar pandan tua anyaman ibu. Api mengepul dari tungku perapian di kolong dangau tak jua menghangatkanku. Aku membayangkan seekor dadali menggigil sendirian, di atas bebukitan kecil tempat biasanya aku bersaudara mencari cendawan seusai hujan. Terkenang ulasan bijak Bapak, kala menjawab kecemasanku "Burung lebih bahagia mendiami hutan dan memakan dedaunan, daripada hidup di sangkar emas dengan selimut beludru. Ia takkan pernah kenyang meskipun kau sajikan roti setiap waktu"
Dan, setelah dewasa, setiap melihat seekor burung di kerangkeng, aku selalu merasa ada jiwa makhluk hidup yang dipenjara. Aku menganggap siapa pun yang gemar memelihara satwa-satwa liar, tidak mencintai kehidupan. Aku mencoba menarik sebuah kesimpulan mencemaskan:
Kelak di kemudian hari, kisah tentang makhluk bernama burung hanya ada dalam buku dongeng anak-anak! Kalau pun masih ada yang tersisa, para burung sudah lupa, bahwa mereka bisa terbang, karena habitatnya telah pindah ke dalam rumah-rumah manusia.
(Aku larut dalam Kenari Oh Kenari)
Dan, setelah dewasa, setiap melihat seekor burung di kerangkeng, aku selalu merasa ada jiwa makhluk hidup yang dipenjara. Aku menganggap siapa pun yang gemar memelihara satwa-satwa liar, tidak mencintai kehidupan. Aku mencoba menarik sebuah kesimpulan mencemaskan:
Kelak di kemudian hari, kisah tentang makhluk bernama burung hanya ada dalam buku dongeng anak-anak! Kalau pun masih ada yang tersisa, para burung sudah lupa, bahwa mereka bisa terbang, karena habitatnya telah pindah ke dalam rumah-rumah manusia.
(Aku larut dalam Kenari Oh Kenari)
Burung Murai
Wahai burung Murai, bernyanyilah!
Sebab rahasia kekekalan terdapat di dalam nyanyian.
Seandainya saja aku sepertimu, terbebas dari penjara dan rantai. . .
Seandainya saja aku sepertimu; jiwa yang terbang di atas lembah-lembah. . . Menghirup terang seperti anggur dihirup dari cawan-cawan sorgawi. . .
Seandainya saja aku sepertimu,,, polos, mencukupkan diri dan bahagia. . .
Mengabaikan masa depan dan melupakan masa silam...
Seandainya saja aku sepertimu. . . Dalam keindahan, keluwesan dan keanggunan. . . Dengan angin membuka sayap-sayapku untuk dihiasi oleh embun. . .
Seandainya saja aku sepertimu, sebuah pikiran yang melayang-layang di atas tanah. . . Mencurahkan nyanyian-nyanyianku di antara hutan dengan langit. . .
Wahai burung Murai, bernyanyilah! Dan hapuskanlah kecemasanku.
Kudengarkan suara di dalam suaramu yang berbisik di dalam telinga batinku. . .
:.Burung Murai. . . Aku ingin sepertimu. . . :'). . .
Sebab rahasia kekekalan terdapat di dalam nyanyian.
Seandainya saja aku sepertimu, terbebas dari penjara dan rantai. . .
Seandainya saja aku sepertimu; jiwa yang terbang di atas lembah-lembah. . . Menghirup terang seperti anggur dihirup dari cawan-cawan sorgawi. . .
Seandainya saja aku sepertimu,,, polos, mencukupkan diri dan bahagia. . .
Mengabaikan masa depan dan melupakan masa silam...
Seandainya saja aku sepertimu. . . Dalam keindahan, keluwesan dan keanggunan. . . Dengan angin membuka sayap-sayapku untuk dihiasi oleh embun. . .
Seandainya saja aku sepertimu, sebuah pikiran yang melayang-layang di atas tanah. . . Mencurahkan nyanyian-nyanyianku di antara hutan dengan langit. . .
Wahai burung Murai, bernyanyilah! Dan hapuskanlah kecemasanku.
Kudengarkan suara di dalam suaramu yang berbisik di dalam telinga batinku. . .
:.Burung Murai. . . Aku ingin sepertimu. . . :'). . .
Nyanyian Sukma
Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ; ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya, dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya? Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku Kerna aku risau, dia akan terhempas Di telinga pendengaran yang keras. Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya, Dan pabila kusentuh hujung jemariku Terasa getaran kehadirannya. Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya, Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu Bagai titik-titik embun syahdu Yang membongkarkan rahsia mawar layu. Lagu itu digubah oleh renungan, Dan dikumandangkan oleh kesunyian, Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran, Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan, Dan difahami oleh cinta, Dan disembunyikan oleh kesedaran siang Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang, Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah Yang mampu membawakannya berkumandang? Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati: Suara manakah yang dapat menangkapnya? Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci, Getar nada mana yang mampu menggoyahnya? Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam? Siapa yang berani membandingkan deru alam, Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian? Siapa berani memecah sunyi Dan lantang menuturkan bisikan sanubari Yang hanya terungkap oleh hati? Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ; ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya, dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya? Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku Kerna aku risau, dia akan terhempas Di telinga pendengaran yang keras. Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya, Dan pabila kusentuh hujung jemariku Terasa getaran kehadirannya. Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya, Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu Bagai titik-titik embun syahdu Yang membongkarkan rahsia mawar layu. Lagu itu digubah oleh renungan, Dan dikumandangkan oleh kesunyian, Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran, Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan, Dan difahami oleh cinta, Dan disembunyikan oleh kesedaran siang Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang, Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah Yang mampu membawakannya berkumandang? Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati: Suara manakah yang dapat menangkapnya? Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci, Getar nada mana yang mampu menggoyahnya? Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam? Siapa yang berani membandingkan deru alam, Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian? Siapa berani memecah sunyi Dan lantang menuturkan bisikan sanubari Yang hanya terungkap oleh hati? Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?
No Title
Biarkan hujan berubah menjadi badai...
Biarkan pelangi remuk, hancur dimakan waktu..
tapi, tidak untuk cinta kita...
Bila aksaraku terlalu rapuh tuk kau pahami, maka biarlah cahaya mataku kan mencumbu bibir hatimu yang merekah... Bila sukma putihku bak kemarau panjang bagimu, maka biarkanlah oase dari kendi cintaku menyirami bunga amor hatimu..
Mereka, para pion merah yang kan selalu mengusik hari indah kita... Mereka, tirani cinta yang kan selalu menyanyikan kidung-kidung kemunafikkan.. dan dabal-dabal kirmizi merekapun kian retak oleh kidung nan liar..
Kau tahu sayang, cinta kita terlalu jingga dan menyilaukan.. Biarkan saja mereka bernyanyi... menghibur diri mereka dalam balutan pusara cinta yang hitam... Cinta kita takkan pernah tuli olehnya... dan biarkanlah tangan TUHAN mendekap erat Cinta kita... Merangkai remah-remah rindu yang terbengkalai itu menjadi tali temali renjana tak berbilang-bilang...
Hingga pada masanya, cinta kita abadi dalam balutan Bahrullhayat...
Bila aksaraku terlalu rapuh tuk kau pahami, maka biarlah cahaya mataku kan mencumbu bibir hatimu yang merekah... Bila sukma putihku bak kemarau panjang bagimu, maka biarkanlah oase dari kendi cintaku menyirami bunga amor hatimu..
Mereka, para pion merah yang kan selalu mengusik hari indah kita... Mereka, tirani cinta yang kan selalu menyanyikan kidung-kidung kemunafikkan.. dan dabal-dabal kirmizi merekapun kian retak oleh kidung nan liar..
Kau tahu sayang, cinta kita terlalu jingga dan menyilaukan.. Biarkan saja mereka bernyanyi... menghibur diri mereka dalam balutan pusara cinta yang hitam... Cinta kita takkan pernah tuli olehnya... dan biarkanlah tangan TUHAN mendekap erat Cinta kita... Merangkai remah-remah rindu yang terbengkalai itu menjadi tali temali renjana tak berbilang-bilang...
Hingga pada masanya, cinta kita abadi dalam balutan Bahrullhayat...
Senin, 07 Mei 2012
Rabu, 25 April 2012
ANUGERAH TERINDAH YANG BUKAN UNTUKKU
Sore itu...Mendung putih yang setengah jam lalu menggantung di atap
langit sebelah utara kini berubah gelap.. angin lembut berubah garang
dengan kekuatannya yang membuat dedaunan akasia berguguran satu persatu.
Tetesan gerimis mulai turun membasuh tanah yang seperti berteriak
karena bersyukur diberi kesejukan oleh sang pencipta setelah dari pagi
dihujani angkuhnya terik sang bagaskara..
Gerimis senja telah berubah menjadi hujan deras.. kecipak air terdengar saat bulir-bulir hujan yang membentuk bola kristal mungil itu bergulir dari daun akasia lalu kemudian luruh jatuh diatas rerumputan. Dua ekor burung dara putih yang tadi asyik bercengkrama disalah satu dahan kini terbang kembali dalam sarangnya yang hangat. Demikian juga orang-orang yang tadi banyak di areal pemakaman itu semuanya berhamburan pulang menjauh dari guyuran hujan dan dekapan udara dingin yang mulai membungkus kulit.
Tapi disebuah gundukan tanah yang masih berwarna merah.. dengan tebaran bunga melati yang berserak antara nisan putih. Naura, sesosok gadis dengan mata bintang masih tegak berdiri disitu. Wajah ayunya terlihat menyimpan rona kesedihan yang begitu kuat merajai. Tak berkedip mata indah itu menatap torehan nama di nisan itu. Rahardian Sagha Rizaldi, nama yang tertulis dan sudah ribuan kali digumankannya.
Air matanya memang tak mengalir, sedu sedannya memang tak muncul. Bukan karena tak cukup kuat kesedihan yang ada direlung hatinya. Tapi karena lebih ia terlalu kuat untuk tak menangis. Seandainya petuah ibundanya saat ia masih kecil untuk tak menangis dalam kesedihan apapun tidak terpatri kuat dihatinya. Ia pasti sudah menangis, berteriak dan menyatakan protes atas semua yang menurutnya tidak adil. ''Kenapa harus berakhir seperti ini Tuhan, dan kenapa aku mesti gadis yang tak boleh mengeluarkan air mata,'' lirih suara gadis itu berguman. Suara yang kemudian bahkan tak terdengar oleh telinganya, karena tersapu gemericik air hujan yang kian deras.
Naura kini bersimpuh, tangannya memegang nisan putih itu.. diusapnya nama Agha itu dengan lembut.. angannya kemudian mengembara jauh, kembali ke waktu tiga bulan sebelumnya..
********
''Ayo dong, cepetan, sunset keburu ilang tuh,'' celoteh manja Naura sudah terdengar riuh saat roda mobil Agha menginjak pasir pantai berwarna hitam. Sore itu, Agha dan Naura datang di pantai itu.Pantai yang kerap dijadikan inspirasi oleh Agha saat ia kehilangan denyut semangat dan gairah.
Agha hanya tersenyum. Dibiarkannya Naura membuka sendiri pintu mobil, lalu kemudian lari dengan langkah kecilnya ke arah pantai. Agha kemudian menyambar Nikonnya, lalu menyusul Naura. Kilatan blitz kamera yang terus mengikuti gerak Naura seperti tak cukup mewakili keindahan gadis manis itu. Naura memang bak anugerah terindah dari Tuhan. Kulitnya putih, matanya bulat dan berbinar terang seperti bintang pagi, hidungnya mencuat dengan dagu lancip dan bibir mungil yang selalu merah basah. Meski bahasanya santun dengan penampilan anggun bak puteri, tapi Naura sesungguhnya sangat lucu, jenaka dan kadang-kadang iseng dan usil. Sama persis seperti sifat Agha.
''Agha.. kalo ada yang ingin kamu pinta dari ku saat ini, aku pasti akan bilang iya,'' kata Naura. Wajahnya memang menggoda dengan seringai senyum jenaka. Tapi mata Naura menunjukan keseriusan. Sebenarnya, dihati gadis asal Jogja yang baru enam bulan pindah ke kota itu ingin Agha mengatakan sesuatu. Mengatakan hal yang akan membuatnya berbunga-bunga. Hal yang kerap diinginkannya saat terbangun dari tidur malam, atau ketika ia sendirian dalam kamarnya. Tapi Agha tak bergeming.. ia hanya tersenyum.. menarik hidung Naura, mengacak-acak rambutnya lalu berkata dengan suara keras. ''Gw suka ma lo, gw senang ma lo.. makanya gw pengen jadiin elo sandal jepit gw,'' kalimat yang kemudian diakhiri dengan tawa lepas yang tak berhenti. Naura kemudian ikut tersenyum. Ia tahu, Agha tak akan berubah. Cowok itu terlalu banyak main-main, tak pernah serius.
Agha dan Naura sesungguhnya sangat dekat. Tak hanya telephon dan sms yang mengalir deras. Agha terkadang terlihat muncul di pelataran parkir sekolah Naura jika jam pulang tiba. Sore ketika senja memerah scarlet, Agha juga suka muncul di teras rumah Naura, membawakan sebatang Cadbury kesukaan Naura. Terkadang, ia suka membuat Naura beteriak ketakutan, saat jarum speedmeter mobil balapnya menunjuk angka 200/km ketika ngebut di lingkar selatan. Genggaman tangan, pelukan dan kecupan lembut di kening Naura telah berulangkali diberikan Agha.. tapi hanya sebatas itu, tak pernah ada kata cinta yang tercetus. Naluri wanita Naura sesungguhnya yakin, Agha mencintainya.
Lalu tibalah momen terpenting dalam hidup Naura. 15 Januari ia ulang tahun. Papa dan mamanya mengijinkannya menggelar party sweet seventeen yang meriah dengan 99 orang tamu undangan yang sebagian besar teman-teman dekatnya. Agha sama sekali tak diberitahunya. Ia ingin memberi kejutan untuk cowok terkasih itu. Ia ingin Agha terkejut saat ia memintanya datang kerumahnya.
Agha memang datang, tepat pada Pukul 19.45, waktu yang diminta oleh Naura untuk datang. Agha bukannya tidak tau kalau Naura ulang tahun. Ia bahkan sengaja pura-pura tidak tahu, karena sesuatu yang besar tengah direncanakannya. Hari itu ia berniat berlutut di depan Naura dan menyatakan mencintai gadis itu dan kemudian memintanya menjadi penjaga hatinya.
Tapi Agha hanya lima menit berada disitu. Ia pergi tanpa Naura sempat mengetahui kedatangannya. Pelukan dan ciuman di pipi Naura dari seorang cowok berambut klimis membuat seluruh kekuatan Agha lenyap. Ia seperti tak percaya dengan pemandangan di depan matanya. Lidahnya kelu, hatinya kemudian berdarah. Kemarahan dan kegeraman membuatnya pergi dan meninggalkan tempat itu. Mawar merah dan batangan cokelat digenggamannya kemudian dilemparkannya jauh-jauh.
Malam, ketika jarum jam menunjuk angka 00.30 Wita, Naura melihat layar HP-nya ada pesan masuk dari Agha. Kebingungannya yang tak menemukan Agha selama pesta membuatnya langsung bahagia saat melihat inboks massage di hp-nya. Tapi kalimat yang ada di pesan itu kemudian membuat air matanya tumpah dan kemudian berubah menjadi sedu sedan yang lama dan panjang. ''Hari ini harusnya aku menjadikanmu penjaga hatiku.. hatiku sudah terlalu yakin, kalo kamulah anugerah terindah dari Tuhan untukku. Ada cinta buatmu yang aku bawa.. tapi ternyata sudah ada yang lain di hatimu.. dan itu bukan aku. Aku melihat kemesraanmu tadi, dan itu membuatku sakit. Detik ini aku akan menjauh, pergi dari semua tentangmu.. tapi cinta dan sayang yang sudah ada ini, tetap akan ada buatmu.. doaku buatmu Naura, salam terakhir,'' kalimat itu yang ada dikirim oleh Agha padanya.
Agha kemudian menghilang dan tak pernah Naura temukan lagi. Semua nomer HP-nya tidak aktiv. Teman-temannya tidak ada yang tahu. Tempat kostnyapun sepi, dengan pintu rumah yang terkunci rapat. Naura terus mencari, tapi semua usahanya gagal. Menangis dan menangis sajalah yang bisa dilakukannya. ''Aku mencintaimu Agha.. kenapa tak kau tanyakan dulu, dia itu sepupuku dari Jogja,'' lirih Naura dalam sedu sedannya setiap malam.
Suatu sore, hujan turun. Ingatan Naura pada Agha begitu kuat menderanya. Ia tahu Agha sangat suka hujan. Lagu Tercipta Untukku dari UNGU band, yang mengalun dari componya membawa Naura dengan langkah pelan keluar dari pintu rumahnya. Ia seperti melihat Agha di depan gerbang rumahnya. Naura melangkah memanggil Agha, memintanya untuk tidak terus berada dibawah guyuran hujan. Dan ketika gadis itu berlari menghampiri Agha, sebuah mobil boks berkecepatan tinggi yang dikemudikan seorang pria mabuk melaju kencang dari arah utara. Dan… Bruuukk!!
*******
Naura menghela nafas panjang, hujan sudah mulai mereda. Matahari senjapun perlahan hilang. Ujung matanya kini sudah dihiasi dua bulir air mata yang kemudian jatuh dan menimpa sebuah potret diri Agha. Dibagian belakang potret itu ada tertulis kalimat. ''Naura.. jika kamu memegang potret ini, berarti aku sudah ada dialam lain. Tapi ketahuilah.. aku mencintaimu.. dan aku ingin kamu tetap jadikan aku anugerah terindah untukmu,''. Potret itu diberikan ibunda Agha, tepat ketika hembusan nafas terakhir Agha lepas dari raga, dan saat itu Naura sesungguhnya sudah ada dan bersimpuh didekat Agha. Tapi ia tak sempat mengucapkan kalimat apapun, karena Agha sudah pergi dan tak akan pernah kembali lagi.
Dompu, 6 Agustus ‘ 09..
Buat kamu mata elangku…
ta'kan slamax tanganku mendekapmu...
Gerimis senja telah berubah menjadi hujan deras.. kecipak air terdengar saat bulir-bulir hujan yang membentuk bola kristal mungil itu bergulir dari daun akasia lalu kemudian luruh jatuh diatas rerumputan. Dua ekor burung dara putih yang tadi asyik bercengkrama disalah satu dahan kini terbang kembali dalam sarangnya yang hangat. Demikian juga orang-orang yang tadi banyak di areal pemakaman itu semuanya berhamburan pulang menjauh dari guyuran hujan dan dekapan udara dingin yang mulai membungkus kulit.
Tapi disebuah gundukan tanah yang masih berwarna merah.. dengan tebaran bunga melati yang berserak antara nisan putih. Naura, sesosok gadis dengan mata bintang masih tegak berdiri disitu. Wajah ayunya terlihat menyimpan rona kesedihan yang begitu kuat merajai. Tak berkedip mata indah itu menatap torehan nama di nisan itu. Rahardian Sagha Rizaldi, nama yang tertulis dan sudah ribuan kali digumankannya.
Air matanya memang tak mengalir, sedu sedannya memang tak muncul. Bukan karena tak cukup kuat kesedihan yang ada direlung hatinya. Tapi karena lebih ia terlalu kuat untuk tak menangis. Seandainya petuah ibundanya saat ia masih kecil untuk tak menangis dalam kesedihan apapun tidak terpatri kuat dihatinya. Ia pasti sudah menangis, berteriak dan menyatakan protes atas semua yang menurutnya tidak adil. ''Kenapa harus berakhir seperti ini Tuhan, dan kenapa aku mesti gadis yang tak boleh mengeluarkan air mata,'' lirih suara gadis itu berguman. Suara yang kemudian bahkan tak terdengar oleh telinganya, karena tersapu gemericik air hujan yang kian deras.
Naura kini bersimpuh, tangannya memegang nisan putih itu.. diusapnya nama Agha itu dengan lembut.. angannya kemudian mengembara jauh, kembali ke waktu tiga bulan sebelumnya..
********
''Ayo dong, cepetan, sunset keburu ilang tuh,'' celoteh manja Naura sudah terdengar riuh saat roda mobil Agha menginjak pasir pantai berwarna hitam. Sore itu, Agha dan Naura datang di pantai itu.Pantai yang kerap dijadikan inspirasi oleh Agha saat ia kehilangan denyut semangat dan gairah.
Agha hanya tersenyum. Dibiarkannya Naura membuka sendiri pintu mobil, lalu kemudian lari dengan langkah kecilnya ke arah pantai. Agha kemudian menyambar Nikonnya, lalu menyusul Naura. Kilatan blitz kamera yang terus mengikuti gerak Naura seperti tak cukup mewakili keindahan gadis manis itu. Naura memang bak anugerah terindah dari Tuhan. Kulitnya putih, matanya bulat dan berbinar terang seperti bintang pagi, hidungnya mencuat dengan dagu lancip dan bibir mungil yang selalu merah basah. Meski bahasanya santun dengan penampilan anggun bak puteri, tapi Naura sesungguhnya sangat lucu, jenaka dan kadang-kadang iseng dan usil. Sama persis seperti sifat Agha.
''Agha.. kalo ada yang ingin kamu pinta dari ku saat ini, aku pasti akan bilang iya,'' kata Naura. Wajahnya memang menggoda dengan seringai senyum jenaka. Tapi mata Naura menunjukan keseriusan. Sebenarnya, dihati gadis asal Jogja yang baru enam bulan pindah ke kota itu ingin Agha mengatakan sesuatu. Mengatakan hal yang akan membuatnya berbunga-bunga. Hal yang kerap diinginkannya saat terbangun dari tidur malam, atau ketika ia sendirian dalam kamarnya. Tapi Agha tak bergeming.. ia hanya tersenyum.. menarik hidung Naura, mengacak-acak rambutnya lalu berkata dengan suara keras. ''Gw suka ma lo, gw senang ma lo.. makanya gw pengen jadiin elo sandal jepit gw,'' kalimat yang kemudian diakhiri dengan tawa lepas yang tak berhenti. Naura kemudian ikut tersenyum. Ia tahu, Agha tak akan berubah. Cowok itu terlalu banyak main-main, tak pernah serius.
Agha dan Naura sesungguhnya sangat dekat. Tak hanya telephon dan sms yang mengalir deras. Agha terkadang terlihat muncul di pelataran parkir sekolah Naura jika jam pulang tiba. Sore ketika senja memerah scarlet, Agha juga suka muncul di teras rumah Naura, membawakan sebatang Cadbury kesukaan Naura. Terkadang, ia suka membuat Naura beteriak ketakutan, saat jarum speedmeter mobil balapnya menunjuk angka 200/km ketika ngebut di lingkar selatan. Genggaman tangan, pelukan dan kecupan lembut di kening Naura telah berulangkali diberikan Agha.. tapi hanya sebatas itu, tak pernah ada kata cinta yang tercetus. Naluri wanita Naura sesungguhnya yakin, Agha mencintainya.
Lalu tibalah momen terpenting dalam hidup Naura. 15 Januari ia ulang tahun. Papa dan mamanya mengijinkannya menggelar party sweet seventeen yang meriah dengan 99 orang tamu undangan yang sebagian besar teman-teman dekatnya. Agha sama sekali tak diberitahunya. Ia ingin memberi kejutan untuk cowok terkasih itu. Ia ingin Agha terkejut saat ia memintanya datang kerumahnya.
Agha memang datang, tepat pada Pukul 19.45, waktu yang diminta oleh Naura untuk datang. Agha bukannya tidak tau kalau Naura ulang tahun. Ia bahkan sengaja pura-pura tidak tahu, karena sesuatu yang besar tengah direncanakannya. Hari itu ia berniat berlutut di depan Naura dan menyatakan mencintai gadis itu dan kemudian memintanya menjadi penjaga hatinya.
Tapi Agha hanya lima menit berada disitu. Ia pergi tanpa Naura sempat mengetahui kedatangannya. Pelukan dan ciuman di pipi Naura dari seorang cowok berambut klimis membuat seluruh kekuatan Agha lenyap. Ia seperti tak percaya dengan pemandangan di depan matanya. Lidahnya kelu, hatinya kemudian berdarah. Kemarahan dan kegeraman membuatnya pergi dan meninggalkan tempat itu. Mawar merah dan batangan cokelat digenggamannya kemudian dilemparkannya jauh-jauh.
Malam, ketika jarum jam menunjuk angka 00.30 Wita, Naura melihat layar HP-nya ada pesan masuk dari Agha. Kebingungannya yang tak menemukan Agha selama pesta membuatnya langsung bahagia saat melihat inboks massage di hp-nya. Tapi kalimat yang ada di pesan itu kemudian membuat air matanya tumpah dan kemudian berubah menjadi sedu sedan yang lama dan panjang. ''Hari ini harusnya aku menjadikanmu penjaga hatiku.. hatiku sudah terlalu yakin, kalo kamulah anugerah terindah dari Tuhan untukku. Ada cinta buatmu yang aku bawa.. tapi ternyata sudah ada yang lain di hatimu.. dan itu bukan aku. Aku melihat kemesraanmu tadi, dan itu membuatku sakit. Detik ini aku akan menjauh, pergi dari semua tentangmu.. tapi cinta dan sayang yang sudah ada ini, tetap akan ada buatmu.. doaku buatmu Naura, salam terakhir,'' kalimat itu yang ada dikirim oleh Agha padanya.
Agha kemudian menghilang dan tak pernah Naura temukan lagi. Semua nomer HP-nya tidak aktiv. Teman-temannya tidak ada yang tahu. Tempat kostnyapun sepi, dengan pintu rumah yang terkunci rapat. Naura terus mencari, tapi semua usahanya gagal. Menangis dan menangis sajalah yang bisa dilakukannya. ''Aku mencintaimu Agha.. kenapa tak kau tanyakan dulu, dia itu sepupuku dari Jogja,'' lirih Naura dalam sedu sedannya setiap malam.
Suatu sore, hujan turun. Ingatan Naura pada Agha begitu kuat menderanya. Ia tahu Agha sangat suka hujan. Lagu Tercipta Untukku dari UNGU band, yang mengalun dari componya membawa Naura dengan langkah pelan keluar dari pintu rumahnya. Ia seperti melihat Agha di depan gerbang rumahnya. Naura melangkah memanggil Agha, memintanya untuk tidak terus berada dibawah guyuran hujan. Dan ketika gadis itu berlari menghampiri Agha, sebuah mobil boks berkecepatan tinggi yang dikemudikan seorang pria mabuk melaju kencang dari arah utara. Dan… Bruuukk!!
*******
Naura menghela nafas panjang, hujan sudah mulai mereda. Matahari senjapun perlahan hilang. Ujung matanya kini sudah dihiasi dua bulir air mata yang kemudian jatuh dan menimpa sebuah potret diri Agha. Dibagian belakang potret itu ada tertulis kalimat. ''Naura.. jika kamu memegang potret ini, berarti aku sudah ada dialam lain. Tapi ketahuilah.. aku mencintaimu.. dan aku ingin kamu tetap jadikan aku anugerah terindah untukmu,''. Potret itu diberikan ibunda Agha, tepat ketika hembusan nafas terakhir Agha lepas dari raga, dan saat itu Naura sesungguhnya sudah ada dan bersimpuh didekat Agha. Tapi ia tak sempat mengucapkan kalimat apapun, karena Agha sudah pergi dan tak akan pernah kembali lagi.
Dompu, 6 Agustus ‘ 09..
Buat kamu mata elangku…
ta'kan slamax tanganku mendekapmu...
Selasa, 24 April 2012
1507 (Sebuah Testimony)
Cintaku ada dilangit...
Bgtu pula cintmu....
Cintaku..cintamu di angkasa hati. Melayang membentuk warna pelangi..
Tapi bagaimana aku bisa dengan gagah menggenggam tatapan cintamu jika ratusan jaring ciptaan manusia sudah menghadangnya?
Budaya, hukum, adat, tradisi hingga administrasi mengisyaratkan kesombongan??
Tapi ini bukan sesuatu yang harus membuat tunduk.. Aku bahkan tidak cukup hanya dengan mendengar bisikan kata cintamu..
Aku mau diteriakkan dengan keras.. Dengan lantang! agar alam semesta mendengarnya..
Karena bahagia itu akan sempurna jika diketahui orang lain.
Apa yang harus diingkari..??
Jika rasa yang hadir begitu jujur.. Menyusup jauh di relung hati.. Membenamkan dirix di palung hati terdalam..
Cintapun mulai kabur.. Benang merahnya semakin tidak jelas.
Mana tanda dan mana makna..
Mana simbol dan mana arti..
Mana ayat dan mana tafsir.
Tapi jika seluruh dunia melarangku untuk mencintaimu..
Maka aku akan datang menancapkan tonggak-tonggak kasih..
Simbol-simbol setia akan kupahat satu persatu..
Bendera kesetiaan akan kukibarkan..
Ayat-ayat cinta ku lantunkan..
Jika ini jerat yang akan membinasakanku..
Maka simpul-simpul jerat itu akan aku kalungkan di leherku..
Biarlah akan kulawan kehendak dunia jika itu untk membelamu..
Tak ada yg ingin aku janjikan padamu..
Selain sumpah bahwa saat matamu terbuka di pagi hari, aku adalah orang pertama yg kamu lihat..
Dan saat matamu terpejam di kesenyapan malam, aku adalah orang trakhir yang engkau tatap..
Dan ketika hembusan nafasku ini kelak terhenti, kamu adalah orang yang akan menutup mataku selama-lamanya...
'Because off u'
_jika menurutmu ini hanya mimpi.. Maka teruslah bermimpi karena mimpi yang terus menerus akan menjadi kenyataan_
Setialah pada jalan yang terjarikan.. Karena aku tak akan pernah pergi selama kamu tidak ingin aku pergi..
(Buat sesuatu yg membuatku marah, sedih, kecewa, tertawa bahkan gila)
Bgtu pula cintmu....
Cintaku..cintamu di angkasa hati. Melayang membentuk warna pelangi..
Tapi bagaimana aku bisa dengan gagah menggenggam tatapan cintamu jika ratusan jaring ciptaan manusia sudah menghadangnya?
Budaya, hukum, adat, tradisi hingga administrasi mengisyaratkan kesombongan??
Tapi ini bukan sesuatu yang harus membuat tunduk.. Aku bahkan tidak cukup hanya dengan mendengar bisikan kata cintamu..
Aku mau diteriakkan dengan keras.. Dengan lantang! agar alam semesta mendengarnya..
Karena bahagia itu akan sempurna jika diketahui orang lain.
Apa yang harus diingkari..??
Jika rasa yang hadir begitu jujur.. Menyusup jauh di relung hati.. Membenamkan dirix di palung hati terdalam..
Cintapun mulai kabur.. Benang merahnya semakin tidak jelas.
Mana tanda dan mana makna..
Mana simbol dan mana arti..
Mana ayat dan mana tafsir.
Tapi jika seluruh dunia melarangku untuk mencintaimu..
Maka aku akan datang menancapkan tonggak-tonggak kasih..
Simbol-simbol setia akan kupahat satu persatu..
Bendera kesetiaan akan kukibarkan..
Ayat-ayat cinta ku lantunkan..
Jika ini jerat yang akan membinasakanku..
Maka simpul-simpul jerat itu akan aku kalungkan di leherku..
Biarlah akan kulawan kehendak dunia jika itu untk membelamu..
Tak ada yg ingin aku janjikan padamu..
Selain sumpah bahwa saat matamu terbuka di pagi hari, aku adalah orang pertama yg kamu lihat..
Dan saat matamu terpejam di kesenyapan malam, aku adalah orang trakhir yang engkau tatap..
Dan ketika hembusan nafasku ini kelak terhenti, kamu adalah orang yang akan menutup mataku selama-lamanya...
'Because off u'
_jika menurutmu ini hanya mimpi.. Maka teruslah bermimpi karena mimpi yang terus menerus akan menjadi kenyataan_
Setialah pada jalan yang terjarikan.. Karena aku tak akan pernah pergi selama kamu tidak ingin aku pergi..
(Buat sesuatu yg membuatku marah, sedih, kecewa, tertawa bahkan gila)
IBU
Dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya.
Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kita dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi.
Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu.
Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannyadalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan.
Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.
Penuh cinta dan kedamaian.
AKU dan KAMU SATU
Musim semi dibulan ini telah tiba
aku berharap warna cinta yang tertanam dalam hati seperti warna bunga yang sedang bermekaran
taman yang aku buat sejak aku dan kamu memulai cerita cinta..
Suatu hari
para tetangga datang menghampiriku
mereka meminta benih cinta itu tuk mereka tanam di taman cinta mereka
Ku berbisisk lirih:
"apa bungaku penyubur cinta??."
Sesaat aku tersentak ketika turunan adam menghampiriku:
"Wahai hawa abad ke-21! jangan gundah!
aku disampingmu. Tunduk dan dengarlah bisik tanah merah yang kau pijak."
Tanah merahpun berucap:
" hai manusiayang memiliki cinta sejati! aku percaya pada cintamu
hingga kau berada dipraharaku. Akan ku nanti kau untuk bercinta lagi
karena cinta yang kau miliki tak hanya sampai disini. Aku untukmu dan kamu untukku
karena kita diciptakan satu. Aku dari rusukmu dan hanya untukmu.
Turunan adam dan hawa itu bernama "DheNu" ( Deden&Nuri)
by DheNu
aku berharap warna cinta yang tertanam dalam hati seperti warna bunga yang sedang bermekaran
taman yang aku buat sejak aku dan kamu memulai cerita cinta..
Suatu hari
para tetangga datang menghampiriku
mereka meminta benih cinta itu tuk mereka tanam di taman cinta mereka
Ku berbisisk lirih:
"apa bungaku penyubur cinta??."
Sesaat aku tersentak ketika turunan adam menghampiriku:
"Wahai hawa abad ke-21! jangan gundah!
aku disampingmu. Tunduk dan dengarlah bisik tanah merah yang kau pijak."
Tanah merahpun berucap:
" hai manusiayang memiliki cinta sejati! aku percaya pada cintamu
hingga kau berada dipraharaku. Akan ku nanti kau untuk bercinta lagi
karena cinta yang kau miliki tak hanya sampai disini. Aku untukmu dan kamu untukku
karena kita diciptakan satu. Aku dari rusukmu dan hanya untukmu.
Turunan adam dan hawa itu bernama "DheNu" ( Deden&Nuri)
by DheNu
![]() |
Senin, 23 April 2012
RINDU
Segurat wajah sendu... Seuntai syair pilu...
Sepotong hati yang berbalut rindu..
Rindukan hadirmu, rindukan senyummu..
Tuhan di Surga.. trimakasih tlah kau Kirim
Dia yang sangat berarti
Untuk hidupku
Dia pelangi hatiku, warnai hariku...
Sepotong asa didada untuk tetap ada, takkan sirna
Kini... nanti... dan sepanjang masa...
Sabtu, 21 April 2012
TARIAN AKSARA BENING
Melunaklah matahari!
Bukankah selama ini kau selalu berdamai dengan mendung?
Panasmu pun tak pernah mengeringkan lautan
Baramu tak jua rela membakar jenggala-jenggala
Sinarmu bukanlah pedang yang hendak meretas putik yang masih menguncup
Tahukah kau bahwa bunga-bunga bermekaran setelah hadirmu?
Kau sumber cahaya yang mencairkan kebekuan dan melelehkan salju di kutub
Kau jua yang bersemayam di tubuh al-qamar tatkala malam gelap gulita
Kau mata yang menunjukkan di mana dunia lain berada
Bukankah kita telah berjanji, akan bergelombang bersama di samudera dan di langit?
(Atau, maukah kau menghanguskanku saja, demi esok puspa-puspa di taman kebudayaan itu tak merepih kehilangan dedahan?)
Bukankah selama ini kau selalu berdamai dengan mendung?
Panasmu pun tak pernah mengeringkan lautan
Baramu tak jua rela membakar jenggala-jenggala
Sinarmu bukanlah pedang yang hendak meretas putik yang masih menguncup
Tahukah kau bahwa bunga-bunga bermekaran setelah hadirmu?
Kau sumber cahaya yang mencairkan kebekuan dan melelehkan salju di kutub
Kau jua yang bersemayam di tubuh al-qamar tatkala malam gelap gulita
Kau mata yang menunjukkan di mana dunia lain berada
Bukankah kita telah berjanji, akan bergelombang bersama di samudera dan di langit?
(Atau, maukah kau menghanguskanku saja, demi esok puspa-puspa di taman kebudayaan itu tak merepih kehilangan dedahan?)
Senin, 16 April 2012
Jumat, 13 April 2012
ZUHUD KEHIDUPAN
Apakah engkau sudah mandi di telaga wewangian??
Apakah engkau sudah berhanduk dengan sinar mentari??
Sudahkah kau reguk kesegaran fajar;bagai anggur pagi di cawan* cakrawala??
Apakah engkau pernah tidur di gelapnya malam yang menghampar bagi rerumputan??
Pernahkan engkau tidur berselimutkan angkasa dan tidak perduli pada masa depan, dan melupakan masa lalu??
Kesunyian malam adalah samudera sedangkan deru gelombangnya ada di telingamu. Di pekatnya malam terdapat kalbu yang lenyap di pembaringanmu.
Berikan seruling untukku dan bernyanyilah. Lupakan obat, lupakan sakitmu. Sebab, manusia adalah kanvas yang dilukis dengan air...
Apakah engkau sudah berhanduk dengan sinar mentari??
Sudahkah kau reguk kesegaran fajar;bagai anggur pagi di cawan* cakrawala??
Apakah engkau pernah tidur di gelapnya malam yang menghampar bagi rerumputan??
Pernahkan engkau tidur berselimutkan angkasa dan tidak perduli pada masa depan, dan melupakan masa lalu??
Kesunyian malam adalah samudera sedangkan deru gelombangnya ada di telingamu. Di pekatnya malam terdapat kalbu yang lenyap di pembaringanmu.
Berikan seruling untukku dan bernyanyilah. Lupakan obat, lupakan sakitmu. Sebab, manusia adalah kanvas yang dilukis dengan air...
My Memories
![]() |
Bersama Crew Pena Multimedia E, Festival Budaya Sumbawa 2011 |
Bersama Bapak Anhar Gonggong, sejarahwan dan budayawan Indonesia
![]() | |||
Aku membacakan Puisi pada malam SASAMBO Festival Budaya Sumbawa 2011 |
TARIAN AKSARA BENING
Mampukah ilalang memaksakan diri jadi seroja?
Atau bisakah kunang-kunang mengalahkan kejora?
Lantas apa bedanya dengan kisah percintaan bulan dan matahari?
Saling mengasihi tapi tak pernah berada dalam satu bilik!
"Apa yang indah dari romantika seperti itu, kawan? Probabiitas seperti apakah yang membuatmu mengabaikan logika-logika?"
Dessh!
(Serasa melihat pedang sedang menebas sebuah jiwa)
Atau bisakah kunang-kunang mengalahkan kejora?
Lantas apa bedanya dengan kisah percintaan bulan dan matahari?
Saling mengasihi tapi tak pernah berada dalam satu bilik!
"Apa yang indah dari romantika seperti itu, kawan? Probabiitas seperti apakah yang membuatmu mengabaikan logika-logika?"
Dessh!
(Serasa melihat pedang sedang menebas sebuah jiwa)
Langganan:
Komentar (Atom)


















